JAKARTA – Hari Kamis yang baru-baru ini terjadi menjadi hari yang brutal bagi pasar saham global, dan sayangnya, pasar aset digital tidak luput dari dampak buruk tersebut. Di tengah aksi jual (sell-off) yang meluas di bursa saham utama, saham-saham perusahaan terkait kripto mengalami pukulan telak, menyeret harga Bitcoin (BTC) kembali mendekati level psikologis $100.000. Fenomena ini kembali menyoroti korelasi yang semakin erat antara aset berisiko (risk assets) tradisional, seperti saham teknologi, dengan aset digital yang dulunya dianggap sebagai lindung nilai (safe haven).
Saham Kripto Bitcoin Tertekan adalah cerminan dari peningkatan sentimen risk-off di kalangan investor institusi. Ketika indeks besar seperti Nasdaq dan S&P 500 anjlok, investor cenderung secara serentak mengurangi eksposur mereka di semua aset yang dianggap memiliki risiko tinggi—dan saat ini, kripto berada dalam kategori itu. Penurunan harga ini terjadi di tengah kekhawatiran yang berkembang tentang likuiditas, inflasi global yang persisten, dan kemungkinan hard landing ekonomi yang disebabkan oleh kebijakan moneter ketat dari The Fed.
Saham Kripto Bitcoin Tertekan Kena Pukulan Terbesar
Perusahaan-perusahaan yang operasionalnya sangat terikat pada performa pasar kripto mengalami kerugian persentase terbesar di sesi perdagangan hari Kamis. Kejatuhan ini menunjukkan kerentanan mereka terhadap volatilitas harga Bitcoin dan volume perdagangan yang berkurang.
Bursa dan Perusahaan Jasa Kripto
Saham-saham exchange kripto terkemuka menjadi yang paling terpukul. Coinbase (COIN), salah satu bursa publik terbesar, mencatat penurunan signifikan karena volume perdagangannya yang erat kaitannya dengan minat ritel. Demikian pula, Robinhood (HOOD), yang kini sangat bergantung pada pendapatan dari perdagangan kripto (seperti yang terlihat dari laporan pendapatan mereka baru-baru ini), anjlok lebih dari 8%. Bagi perusahaan jasa keuangan ini, penurunan harga BTC berarti lebih sedikit transaksi, lebih sedikit fee, dan prospek pendapatan yang lebih suram.
Penambang Bitcoin dan Penyedia Infrastruktur
Perusahaan penambangan Bitcoin seperti Marathon Digital (MARA), Hut 8 (HUT), dan lainnya juga mengalami penurunan tajam. Nilai saham penambang berkorelasi erat dengan harga Bitcoin, karena harga BTC adalah penentu utama margin keuntungan mereka. Selain itu, beberapa perusahaan penambangan yang mulai mendiversifikasi bisnis mereka menjadi penyedia infrastruktur AI—seperti yang dilakukan oleh beberapa miner—juga tidak luput dari aksi jual yang melanda sektor teknologi. Ketika Saham Kripto Bitcoin Tertekan, investor melihat ini sebagai tanda bahwa model bisnis mereka berada di bawah tekanan dua kali lipat—baik dari harga kripto maupun sektor teknologi.
Mengapa Bitcoin Kembali ke Level $100K?
Penurunan harga Bitcoin, yang sebelumnya sempat mencapai rekor tertinggi beberapa waktu lalu, disebabkan oleh kombinasi faktor makroekonomi dan struktur pasar kripto internal:
1. Pelarian dari Aset Berisiko (Risk-Off Sentiment)
Sejarah menunjukkan bahwa Bitcoin semakin bertindak seperti saham teknologi berisiko tinggi daripada “emas digital” yang uncorrelated. Ketika pasar saham global, terutama indeks Nasdaq yang sensitif terhadap teknologi, mengalami aksi jual besar-besaran, investor institusi cenderung menjual aset paling likuid mereka, dan itu mencakup Bitcoin. Mereka mengalihkan modal mereka ke aset yang lebih aman, seperti Dolar AS atau obligasi pemerintah jangka pendek.
2. Profit-Taking oleh Long-Term Holders
Berbeda dengan beberapa penurunan sebelumnya yang didorong oleh likuidasi pedagang dengan leverage tinggi, penurunan kali ini didominasi oleh penjualan spot (spot selling) dari pemegang Bitcoin jangka panjang (Long-Term Holders – LTH). Data on-chain menunjukkan bahwa sejumlah besar Bitcoin yang telah tidak bergerak selama 6 hingga 12 bulan telah diaktifkan dan dijual. Penjualan ini, yang diperkirakan bernilai puluhan miliar dolar, menunjukkan bahwa banyak investor veteran mengambil untung setelah reli kuat selama beberapa kuartal terakhir, yang menciptakan tekanan jual yang stabil di pasar.
3. Kekhawatiran Likuiditas dan Whales
Laporan menunjukkan bahwa permintaan institusional telah memudar sejak mencapai puncaknya. Entitas besar (mega whales) yang memegang antara 1.000 hingga 10.000 BTC tampaknya telah mengurangi eksposur mereka, dan akumulasi di antara investor yang lebih kecil (100-1.000 BTC) juga menurun tajam. Kurangnya minat beli dari whales ini mengurangi daya tahan pasar dan memungkinkan aksi jual dari long-term holders menekan harga kembali ke ambang batas $100.000.
Prospek Jangka Pendek: Volatilitas dan Dukungan
Koreksi saat ini, dengan Saham Kripto Bitcoin Tertekan menuju $100K, mungkin akan berlanjut hingga sentimen makroekonomi membaik. Para analis memperingatkan bahwa tekanan jual ini bisa bertahan lama. Namun, ada beberapa faktor yang dapat membatasi penurunan lebih lanjut:
- ETF Bitcoin Spot: Meskipun ETF (Exchange Traded Funds) Bitcoin mengalami outflow dalam jumlah besar, keberadaan produk ini memberikan lapisan permintaan institusional yang mendasar yang belum ada di siklus pasar sebelumnya.
- Level Psikologis: Level $100.000 adalah batas psikologis dan teknis yang penting. Jika harga bertahan di atas level ini, pasar mungkin akan melihatnya sebagai cooling period yang sehat sebelum reli berikutnya. Namun, penembusan berkelanjutan di bawah level ini dapat membuka jalan menuju support yang lebih rendah.
Secara keseluruhan, pasar kripto dan saham terkait berada di bawah tekanan dari pasar saham yang lebih luas. Hal ini menggarisbawahi pentingnya bagi investor kripto untuk tidak lagi memperlakukan Bitcoin sebagai aset yang sepenuhnya terpisah, melainkan sebagai aset berisiko yang sensitif terhadap kebijakan The Fed dan pergerakan pasar saham global.
Baca juga:
- Target Harga Bitcoin $95K: Puncak Bull Run Menurut Analis Ternama
- Stablecoin Ripple Capai 1 Miliar: Kekuatan Baru di Pasar Kripto dan Strategi Ekspansi M&A
- Sidang Banding SBF FTX: Harapan Terakhir Sang Raja Kripto di Pengadilan
Informasi ini dipersembahkan oleh raja botak
